cara mastering pada nuendo

7

MASTERING / cara mastering pada nuendo

cara mastering pada nuendo. Kini kita telah sampai pada akhir pembahasan mengenai pengolahan sinyal audio. Setelah proses mastering inilah, baru lagu yang telah kita kerjakan bisa didistribusikan.

Namun sebelum kita melangkah ke proses mastering, ada baiknya kita mengetahui, berapakah level yang baik yang kita dengarkan pada saat kita melakukan mixing dan mastering?

Ada banyak sound engineer yang menganjurkan, bahwa level yang baik pada saat kita melakukan proses mixing dan mastering adalah sebesar +80dBSPL. Tentu kita bingung untuk mengukur level tersebut bila kita tidak mempunyai alat yang idsebut SPL Meter. Sebagai ancar-ancarnya, +80dBSPL itu setara dengan apabila kita mendengarkan musik didepan speaker, kemudian kita juga bisa mendengar orang yang berbicara pada jarak sekitar 1 meter.

Mengapa kok seperti itu? Jawabannya bisa kita lihat pada gambar 105. Kecenderungan telinga manusia pada saat mendengarkan musik pada level yang rendah, yang menonjol adalah frekuensi rendah (bass) dan frekuensi tinggi (trebble). Sehingga bila kita melakukan proses mixing dan mastering pada level volume yang kecil, maka hasil mixing dan mastering kita nanti akan cenderung nge-bass. Dan pada level +80dB dapat kita lihat, bahwa telinga kita bisa merespon semua range frekuensi.

Grafik Fletcher-Munson

Gambar 105. Grafik Fletcher-Munson

Dari sinilah dapat kita ketahui, mengapa level volume pada saat kita melakukan mixing dan mastering berkisar di level +80dB.

Terus bila kita memix pada level diatas +80dB, maka yang terjadi telinga kita akan sakit dan pendengaran kita lambat laun akan terganggu.

Selain masalah diatas, sebelum kita melakukan mastering, pastikanlah dulu bahwa hasil mixing yang akan kita mastering sudah sesuai dengan harapan. Apabila belum, maka kita harus melakukan proses mixing lagi. Percuma saja bila kita melakukan mastering tetapi hasilnya tidak memuaskan. Sehingga alur ceritanya dapat dianalogikan sebagai berikut :

“Hasil mastering yang bagus didapat dari hasil mixing yang bagus. Sedangkan hasil mixing yang bagus didapat dari hasil recording yang bagus. Hasil recording yang bagus didapat dari sumber sinyal yang bagus.”

Memang agak berlebihan ungkapan diatas. Tapi, diakui atau tidak, output memang dipengaruhi oleh input. Semakin bagus input yang kita terima, maka outputnya akan semakin maksimal.

Sedangkan perbedaan antara mixing dan mastering adalah :

  1. Mixing untuk mengatur keseimbangan antar track untuk menghasilkan efek stereo yang maksimal, dengan gain yang tidak terlalu besar. Pada tulisan diatas disarankan VU meter berkisar diantara -3 dan -1 pada saat bagian lagu yang terkencang, dengan referensi -12dBFS.
  2. Sedangkan pada saat mastering, tugas kita adalah menyempurnakan hasil mixing tadi. Mengatur range frekuensi yang kurang atau kelebihan, dan menambah level volume, tetapi jangan terlalu besar. Serta untuk mengatur agar feel mulai lagu pertama hingga terakhir terasa sama. Jangan sampai lagu terlalu nge-bas, sedangkan pada lagu kedua kekurangan sound bass,dan sebagainya.

Banyak sound engineer yang menyarankan, pada saat mastering, level 0 pada VU meter kita atur referensinya ke -6dB. Dan hasil mastering yang normal, pada saat bagian lagu yang paling keras, jarum VU meter berkisar di angka -2 hingga -1 dBVU. Atau ada juga sound engineer yang menganjurkan, pada saat mixing sinyalnya sebesar +4dB menurut K-20nya Bob Katz. Dan kita tambah nantinya pada saat mastering.

Cara termudah untuk melakukan mastering ini adalah dengan menambahkan level volume, mengatur ekualiser (bila diperlukan) serta menyelaraskan level volume antara lagu yang satu dengan lagu yang lain.

Banyak program yang biasa dipakai untuk membantu proses mastering ini. Diantaranya adalah Wavelab. Pada buku ini penulis menginsertkan program Wavelab kedalam nuendo untuk menambah level amplitude, dan ditambah program Isotope Ozone untuk menganalisa hasil mastering. Hal ini sangant sederhana, mengingat kita masih pemula.

Caranya adalah sebagai berikut:

  1. Pastikan program Wavelab dan Isotope Ozone telah terinstal.
  2. Bukalah file audio hasil mixing kita di nuendo.
  3. Insertkan program Peak Level, Isotope Ozone dan VU meter pada kolom Insert panel Inspector.
  4. Jangan lupa untuk mengatur nilai 0 VU meter pada -6dBFS.
Menginsertkan program untuk mastering

Gambar 106. Menginsertkan program untuk mastering

  1. Atur input gain pada peak level hingga level tertinggi pada lagu tersebut berkisar antara -2 hingga -1dBVU.
  2. Kita juga dapat memilih menu preset pada Isotope Ozone, untuk memilih jenis mastering yang bisa kita gunakan.
  3. Dengan melakukan langkah-langkah diatas, maka kita telah bisa melakukan proses mastering secara sederhana. Untuk lebih memaksimalkan kemampuan kita, banyak-banyaklah mencoba software-software yang lain dan jangan lupa untuk sering-sering mendengarkan lagu-lagu hasil mixing dan mastering soundengineer-sound engineer dunia.
Contoh presets dari Isotope Ozone

Gambar 107. Contoh presets dari Isotope Ozone

Untuk menganalisa hasil mastering kita, kita juga dapat menggunakan fasilitas dari Isotope Ozone. Kita mainkan lagu hasil mastering kita, dan kita lihat spektrum frekuensi pada Paragraphic Equalizer Isotope Ozone. Kita lihat hasilnya, apakah sudah merata disemua frekuensi, apakah terlalu besar nada bassnya, apakah terlalu kecil nada treblenya, dan lain-lain. Bila kita ingin memperbaikinya, kita aktifkan tombol active pada paragraphic equalizer dan kita atur sesuai dengan keinginan kita.

Contoh grafik spectrum dari Isotope Ozone

Gambar 108. Contoh grafik spectrum dari Isotope Ozone

Selain melihat ditribusi frekuensi pada grafik spektrum, dan tentunya level amplitude maksimal pada VU meter, kita juga bisa melihat korelasi sinyal kita pada Isotope Ozone. Usahakan level korelasi sinyal kita tidak melebihi garis tengah pada kolom korelasi. Apabila sinyal kita senantiasa bernilai negatif, berarti pada sinyal kita ada fase yang saling mengganggu. Hal ini bisa kita amati dampaknya apabila kita mendengarkan dengan mode mono atau hanya dengan satu speaker.

Melihat hasil korelasi

Gambar 109. Melihat hasil korelasi

Cara melihat hasil korelasi adalah dengan menekan tombol Multiband Stereo Imaging, pada Isotope Ozone.

Setelah semuanya telah kita anggap sesuai dengan harapan kita, jangan lupa untuk menyimpan hasil mastering kita, atau kita mixdown. Yang perlu kita perhatikan pada saat menyimpan hasil mastering ini adalah kita rubah bit resolusinya pada 16-bit. Hal ini agar karya kita bisa didengarkan pada player-player audio.

Menyimpan hasil mastering

Gambar 110. Menyimpan hasil mastering

Untuk pemilihan channels, kita pilih Stereo Interleaved supaya hasilnya stereo dan tidak terpisah. Untuk sample rate kita pilih 44,1 kHz. Sebagai master, kita simpan dalam format WAV, setelah itu terserah kita untuk menyimpannya dalam format mp3 atau format-format yang lain.

DAFTAR ISI PADA SERI TUTORIAL HOME RECORDING DENGAN NUENDO / CUBASE:

1. PENDAHULUAN

1. Sinyal analog

2. Sinyal digital

2. SET UP STUDIO DIGITAL

1. Spesifikasi komputer

2. Set up studio digital profesional

3. Set up minimal studio digital

3. FORMAT AUDIO, MIDI DAN SOFTWARE RECORDING

1. Format audio

2. MIDI

3. Software recording

4. PROSES RECORDING

1. Proses recording

2. Proses recording audio

3. Proses recording MIDI

4. Export file

5. MENGEDIT DATA AUDIO

1. Menghilangkan noise

2. Fading

3. Analisa sinyal

6. PROSES MIXING DENGAN SOFTWARE

1. Penyelarasan tingkat kekerasan suara

2. Panning

3. Ekualisasi

4. Compression

5. Balance

6. Penambahan Efek

7. Otomatisasi

7. MASTERING

1. Pendahuluan

2. Pengertian Audio Mastering

3. Hal hal yang perlu diperhatikan sebelum mulai mastering

4. Mulai melakukan Audio Mastering

 5. Step By Step Contoh Audio Mastering Dengan Menggunakan Software

6. Penutup cara mastering menggunakan Nuendo

8. PENUTUP